Buku Perjalanan Hidup Saya ini berisi
berbagai catatan tentang pengalaman
seorang wartawan Indonesia, yang bisa
dikategorikan “luar biasa.” Di dalamnya
dapat dibaca sejarah hidup seorang wartawan yang
amat berliku-liku, penuh dengan gejolak dan
peristiwa penting-penting. Pada umur tujuh belas
tahun A. Umar Said sudah ikut dalam pertempuran 10
November di Surabaya yang kini terkenal sebagai Hari
Pahlawan. Pada umur dua puluh lima tahun ia ikut dalam Konferensi
Internasional Hak-hak Pemuda di Wina (Austria) dan mengunjungi
Tiongkok dalam tahun 1953 ketika Republik Rakyat Tiongkok baru
empat tahun diproklamasikan. Kemudian selama tiga tahun menjadi
wartawan Harian Rakjat, dan ketika pemberontakan PRRI pecah di
tahun 1958, ia memimpin suratkabar Harian Penerangan di Padang
sambil melakukan gerakan di bawah-tanah.
Antara tahun 1960-1965 ia memimpin harian Ekonomi Nasional di
Jakarta, dan menjadi bendahara Persatuan Wartawan Asia-Afrika
merangkap bendahara PWI-Pusat. Ia juga dipilih untuk menjadi
bendahara Konferensi Internasional Anti Pangkalan Militer Asing
(KIAPMA) di Jakarta tahun 1965 yang merupakan realisasi gagasan Bung
Karno dalam perjuangan menentang imperialisme-kolonialisme waktu itu.
Ketika G30S meletus ia berada di Aljazair, dan
kemudian terpaksa bermukim selama tujuh tahun di RRT
sebelum minta suaka politik di Perancis, tempat ia hidup
dan melakukan berbagai kegiatan sampai sekarang.
Download