Saturday, June 28, 2008
Aku menggugat ikhwan dan akhwat
Panas terik matahari, bersinar. Terlihat bayang-bayang fatamorgana didepan
aspal yang aku lewati. Panas sekali. Angkot yang aku tumpangi pun, malaju dengan
kecepatan yang sedang. Bagaikan menikmati hawa panas yang menyengat kulit.
Apalagi aku, dengan jilbabku ini. Keringat sudah dari tadi mengalir deras ditubuhku.
Tetapi, karena aku memakai pakaian yang berlapis. Dengan jilbab yang mengurai
lebar dan besar. Sehingga mungkin keringatku tertahan. Dan tidak sampai membuatku
menjadi terlihat sebagai pepesan akhwat. Tetapi, tidak sedikit pula keringat yang
mengalir deras diwajahku. Beberapa kali orang melihatku. Mungkin, mereka berfikir
panas-panas kok pakai jilbab, besar pula. Tak seberapa lama, benar juga pikirku.
Seseorang ibu melihatku dengan penuh tanya.
Ibu itu mengatakan “Mbak, apa nggak gerah! Pakai jilbab yang besar seperti itu?”
Aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Ibu itu hanya terlihat dengan
senyumnya. Entahlah, senyuman apa yang diberikan ibu itu kepadaku. Mungkin
senyuman rasa kasihan, karena keringat diwajahku terus mengalir deras. Tapi aku tak
perduli.
Cuaca panas inilah yang menjadi pembenar. Untuk melanggar aturan-aturan
yang telah ditetapkan oleh sang Al Haq. Dengan berbagai alasan, banyak wanita yang
enggan atau tidak mau memakai jilbab. Sungguh ironis dalam sebuah agama terbesar
di Negara ini. Lucu sih, alasan tidak memakai jilbab karena cuaca dinegara ini yang
bersifat tropis. Padahal, di Arab. Cuacanya tidak kalah panasnya, bahkan lebih panas
dibandingkan Negara ini. Tetapi toh, tidak menyurutkan para wanita yang berada di
Arab untuk berjilbab.
Download